startMiner - free and simple next generation Bitcoin mining software

Makalah Pengelolaan Pembelajaran Bahasa


• Pengelolaan Kelas Pembelajaran Bahasa
Pinker mengemukakan bahwa ada empat unsur penting yang mendukung kemudahan belajar bahasa empat unsur tersebut adalah sebagai berikut:
a. Suatu karakteristik kelas bahasa-bahasa di dalam jangkan aneka kekuatan pemerolehan bahasa sasng pembelajaran yang salah satu diantaranya adalah bahasa sasaran yang diturunkan oleh masyarakat orang dewasa.
b. Suatu sampel masukan yang berisi informasi yang dipakai sang pembelajar sebagai sarana belajar.
c. Suatu siasat atau strategi belajar yang memberikan aneka komputasi atau perhitungan yang dilaksanakan oleh pembelajaran terhadap data masukan.
d. Suatu kriteria keberhasilan yang arus dicari dan ditemui oleh pembelajar agar kita dapat menyimpulkan bahwa siasat belajarnya memang berjalan baik (pinker dalam jaring, 1988:12).
Pengelolaan kelas bahasa untuk anak-anak ini bisa dalam ruangan maupun diluar dan ruang jika pembelajaran dilakukan di dalam ruangan tentu saja harus disediakan berbagai media belajar bahasa, pengelolaan media belajar biasanya harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Dekorasi ruangan menarik bagi anak-anak, misalnya dinding dihiasi dengan berbagai gambar yang menunjang pembelajaran bahasa.
b. Papan tulis dilengkapi alat tulis yang berwarna-warni.

• Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Secara Individual
Pembelajaran bahasa secara individual mempunyai karakteristik tersendiri. Kemampuan dan minat individu pembelajaran akan sangat diutamakan.
Pengelolaan kelas pembelajaran bahasa secara individual tidaklah sesukar yang dibayangkan orang. Pengaturan media belajar bahasa tidak berbeda dengan uraian terdahulu. Perangkat keas dan perangkat lunak harus selalu tersedua dan siap pakai jika guru menginginkan hasil pembelajaran yang maksimal.
Salah satu cara memotivasi pembelajaran adalah dengan media materi pembelajaran yang otentik. Materi yang otentik ini dapat berbentuk puisi, iklan, menu, atau lagu. Cara seperti ini membawa pembelajaran langsung ke dalam bahasa yang sedang dipelajarinya. Keuntugannya adalah pembelajar juga diperkenalkan dengan budaya atau kebiasaan yang diperlukan dalam percakapan atau komunikasi.
Selain materi yang otentik tersebut di atas, guru juga dapat membantu pembelajar dengan menceritakan budaya dan segala sesuatu tentang negara yang bahasanya sedang dipelajari itu.
Melvin dan Stout dalam Rivers (1993:44) mengemukakan suatu teknik pengelolaan kelas bahasa yang disebut menemuikan sebuah kota Dicovera City caranya adalah sebagai berikut:
Guru mengajak siswa untuk berimajinasi untuk menempuh kota di luar negeri selama satu bulan, kota yang menjadi tujuan itu haruslah kota yang menggunakan bahasa yang sedang dipelajari. Ssiwa harus melaporkan apa yang dilakukannya di kota tersebut kepada guru perlengkapan yang harus dibawa siswa adalah:
1. Peta jalan-jalan di kota tersebut.
2. Buku petunjuk kendaraan umum.
3. Peta relief kota dan pinggiran kota.
4. Daftar hotel atau penginapan.
5. Buku petunjuk restoran dengan deskripsi peringkatnya.
6. Menu di restoran lokal
7. Brosur turis.
8. Petunjuk tempat-tempat budaya yang dibuku untuk umum seperti museum, bioskop atau galeri.
9. Katalog tentang pameran di museum.
10. Petunjuk tempat hiburan dari koran lokal.
11. Petunjuk untuk memperoleh informasi sekolah.
12. Daftar bioskop.
13. Petunjuk tentang pusat perbelanjaan.
14. Daftar nomor telepon penting.
15. Koran atau majalah yang memuat deskripsi tentang kehidupan dikota ini.
16. Lagu-lagu tentang kota tersebut.
17. Menonton film, telebisi, membaca literatur tentang tata kota tersebut.
18. Gambar-gambar tentang sudut kota yang perlu diketahui.
19. Rekaman percakapan dan penutur asli.
20. Radio dan telebioi merupakan noilai tambah untuk mencari hal yang menarik di kota tersebut.
Model pengelolaan kelas yang disampaikan oleh Melvin dan Stout itu tidak dapat dilaksanakan untuk pembelajaran bahasa Indonesia untuk orang Indonesia. Hal ini karena bahasa Indonesia belum menjadi bahasa Internasional seperti bahasa Inggris dan Prancis.
Pengelolaan kelas secara indiviodual ini memungkinkan siswa melakukan proses belajar secara mandiri. Proses belajar secara mandiri ini dapat dilaksanakan jika guru berhasil membangkitkan motivasi siswa untuk lebih menekuni apa yang sedang dipelajarinya.
Pengelolaan kelas pembelajaran bahasa ini berkaitan erat dengan metode dan teknik pembelajaran yang digunakan. Berikut ini contoh-contoh teknik pengelolaan kelas pembelajaran bahasa secara individual.
1. Pengelolaan Kelas Metode Langsung
P[engelolaan kelas ini dilaksanana di dalam ruangan. Ruangan sudah di tata sedemikian rupa sehingga membuat nyaman pengajar dan pembelajar peralatan tulis, gambar tempat wisata dan teks, tape recorder sudah tersedia. Kursi-kursi siswa di tata menghadap ke depan ke arah papan tulis. Materi pelajar untuk pertemuan ini adalah struktur dan menulis.
Pengelolaan kelas menggunakan metode langsung ini sangat memperhatikan kemampuan dan kecakapan siswa atau pembelajar dalam bahasa sasaran. Kecakapan siswa atau pembelajar dalam bahasa sasaran. Kekurangan teknik seperti ini adalah kurangnya perhatian terhadap kesalahan yang dilakukan pembelajar. Siswa diharapkan sangat mandiri dalam proses pembelajar. Guru hanya membantu sedikit bila siswa mengalami kesulitan semua tugas yang dilakukan siswa dilakukan secara individual.
Wilga Rivers dalam Tarigan (1988:233) mengemukakan pendapatnya tentang hal ini menurutnya, metode langsung menyajikan cara belajar bahasa yang sangat menarik dan menggairahkan melalui akan tetapi, kalau pengawasan tidak dilakukan oleh guru, maka para siswa yang terlalu cepat diterjunkan ke dalam pengekspresian diri sendiri secara bebas dalam bahasa baru dalam situasi yang relatif tidak berstruktur dapat mengembangkan kefasihan lidah tetapi kefasihan atau kelancaran yang tidak tetapi, menggunakan struktur bahasa ibu dalam kosakata bahasa asing. Hal yang seperti ini biasanya disebut school pidgin dan biasanya sulit sekali untuk dibasmi.

2. Pengelolaan Kelas Metode Audiolingual
Pengelolaan kelas metode audiolingual dilakukan di dalam ruangan. Perlengkapan audiolingal seperti tape recorder dan kaset sudah tersedia. Papan tulis dan alat tulis pun sudah tesedia gambar yang menggambarkan situasi berbahasa pun menjadi salah satu perlengkapan pembelajaran. Materi pertemuan ini ditekankan kepada menyimak dan struktur yang pragmatis (dialog).
Dalam keseluruhan pembelajaran, guru menuntut siswa dapat membuat bentuk yang tepat dan benar. Setiap kesalahan langsung diperbaikan pada saat itu juga. Guru sering menyuruh siswa mengucapkan kata-kata yang sulit diucapkan berkali-kali supaya siswa lancar mengucapkannya kemudian.

3. Pengelolaan Kelas Metode Audiovisual.
Pengelolaan kelas dengan metode audiovisual ini tidak begitu berbeda dengan pengelolaan kelas metode audilingual. Pelaksanaannya di dalam ruangan. Ruangan sudah dilengkapi video tape, televisi, papan tulis, peralatan tulis, dan kaset video yang berisi rekaman visual kegiatan berbahasa bahasa sasaran. Pertemuan ini ditekankan kepada materi struktur dan menulis.
Pengelolaan kelas dengan metode audiovisual ini ternyata banyak diskusi oleh gturu. Guru yang bukan penutur asli, guru merasa sangat terbantu dalam proses belajar mengajar karena koteks berbahasa yang sukar dijelaskan dengan kata-kata dapat diperhatikan oleh siswa.

• Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Secara Kelompok
Yang menjadi permasalahan kita adalah bagaimana menciptakan kelas pembelajaran bahasa secara kelompok yang interaktif dan kalau mungkin integratif. Untuk itu, ciri-ciri kelas yang integratif harus dipenuhi. Menurut Rivers, ciri-ciri tersebut sebagai berikut:
a. Siswa akan banyak menyimak materi yang otentik.
Siswa masih diperbolehkan berbicara untuk merespon apa yang dismaknya. Materi yang otentik itu dapat berupa bacaan dari majalah surat kabar, buku cerita, kartun, surat, aturan suatu produk makanan atau kosmetik, menu makanan, dan guru yang sngat fasih dalam bahasa sasaran atau penutur asli bahasa sasaran.
b. Siswa mulai menyimak dan berbicara berdsarkan gambar atau objek tertentu. Siswa juga bisa memberikan reaksi pada saat bermain peran, diskusi, mendengarkan acara talk show di radio.
c. Siswa dilibatkan ddalam suatu tugas yang mempunyai tujuan tertentu. Tugas itu dapat berbentuk bekerja sama dalam membuat sesuatu, membuat urutan, menghibur orang lain, menyiapkan materi presentasi atau diskusi dan sebagainya.
d. Siswa menonton film dan videotape tentang interaksi penutur asli bahasa sasaran siswa akan dapat mengamati sikap. Sikap digunakan dalam mengekspresikan perasaan.
e. Kemampuan melafalkan kata-kata bahasa sasasran dengan baik dapat ditingkatkan dengan membaca puisi, melakukanpercakapan, menyiapkan dialog, dan bermain drama.
f. Interaksi saling budaya sangat penting dalam pembelajaran bahasa. Artinya, siswa berbicara dengan gaya bahasanya masing-masing yang mungkin akan sangat kental lafal kedaerahannya. Hal ini baik dilakukan karena siswa akan mengatur bagaimana pelafalan yang baik dalam bahasa sasaran.
g. Jika membaca dijadikan kegiatan pembelajaran, siswa sebagai pembaca harus dapat berinteraksi dengan teks, caranya adalah dengan menginterpretasikan teks, mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan yang dibcirakan dalam teks, atau membuat kesimpulan.
h. Siswa menuliskan sesuatu untuk biaca oleh orang lain, misalnya siswa menulis surat untuk temannya, siswa yang lainmemberikan pendapatnya atas tulisan temannya itu.
i. Interaksi yang dilakukan tidak menghalangi pembelajaran sistem tata bahasa, kita dapat berinteraksi dengan lebih baik bila dapat memahami dan mengekspresikan lebih nuansa makna yang tersirat dalam kalimat.
j. Tes juga menjadikan pembelajaran inimenjadi interaktif dan tujuan pembelajaran dapat diketahui keberhasilannya. Tes bahasa yang baik adalah tes bahasa yang mencerminkan penggunaan bahasa secara normal.
k. Kita tidak boleh mel;upakan interaksi dengan masyarakat yang menggunakan bahasa sasaran, akan banyak kesempatan yang hilang bila siswa tidak langsung berhadapan dengan masyarkaat pengguna bahasa yang dipelajarinya. Penutur asli adalah guru bahasa yang terbaik bagi pembelajar bahasa. Caranya dapat beragam, misalnya berbicara dengan anak-anak, membantu pekerjaan seseorang, bergabung dengan kelompok tertentu (fotografi, penggemar burung dsb).
l. Kelas bahasa yang mempunyai tujuan khusus dapat menjadi interaktif. Kelas seperti ini biasanya mempunyai siswa yang berkepentingan sama. Misalnya pembelajaran bahasa yang dilakukan untuk mencari pekerjaan atau berkarir. Dengan demikian, pokok pembahasan materi bisa langsung ke isi. Caranya dengan mendiskusikan buku tertentu yang sudah dibaca bersama-sma. Isi buku itu sebaiknya sesuai dengan kepentingan pembelajaran. Melalui teknik ini, pembelajar diuntungkan dalam hal waktu. Selain dia belajar bahasa sasaran dia juga belajar tentang materi yang diperlukannya.
Jadi pengelolaan kelas pembelajaran bahasa secara berkelompok adalah pengaturan kelas pembelajaran yang memungkinkan siswa atau pembelajar dapat belajar secara berkelompok yang utama adalah bagaimana aksi dan reaksi yang diberikan siswa dalam kelompoknya pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Artikel Terkait



Clicksor

free-islamic-ebook

Info Obat Herbal