startMiner - free and simple next generation Bitcoin mining software

Sembilan Ajaran Pokok Syekh Siti Jenar (Sambungan)

Ajaran pokok yang kelima: pemahaman tentang ilmu sejati. Dikisahkan dalam Serat Siti Jenar yang ditulis oleh Aryawijaya: Sejati jatining ngèlmu, lungguhé cipta pribadi, pustining pangèstinira, gineleng dadya sawiji, wijanging ngèlmu dyatmika, nèng kahanan eneng ening. Hakikat ilmu sejati itu terletak pada cipta pribadi, maksud dan tujuannya disatukan adanya, lahirnya ilmu unggul dalam keadaan sunyi dan jernih.

Ajaran pokok yang keenam: umumnya orang hidup saling membohongi. Banyak hal yang sebenarnya kita sendiri tidak tahu, tapi kita menyampaikannya juga kepada teman-teman kita. Hal ini banyak sekali terjadi dalam ajaran agama. Banyak orang yang sekadar hafal dalil, tetapi sebenarnya dia tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh dalil itu. Akhirnya pemahaman yang keliru itu menyebar dan terbentuklah opini yang salah. Agar tidak hidup saling membohongi manusia harus kembali mengenal dirinya. Setiap orang harus dididik untuk menyadari perannya dalam hidup ini. Para cerdik cendekia harus mengerti fungsinya di dunia. Orang harus diajar untuk bisa mengerti dunia ini sebagaimana adanya. Agama harus diajarkan sebagai jalan hidup dan bukan alat untuk meraih kekuasaan. Oleh karena itu, keimanan harus diajarkan dengan benar dan bukan sekadar diajarkan sebagai kepercayaan. Iman harus diajarkan sebagai penghayatan, pengalaman, dan pengamalan kebenaran.

Ajaran pokok yang ketujuh: nama Tuhan diberikan oleh manusia. Lima ratus tahun yang lalu Syekh telah menyatakan dengan tegas bahwa manusialah yang memberikan nama pada Tuhan. Oleh karena itu, nama bagi Tuhan bermacam-macam sesuai dengan bahasa dan bangsa yang menamai-Nya. Dan, perlu diketahui bahwa Tuhan sendiri sebenarnya tidak perlu nama, karena Dia hanya satu adanya. Sesuatu diberi nama karena untuk membedakan dengan sesuatu lainnya. Nama diberikan agar kita tidak keliru tunjuk atau salah sebut.
Bagi Syekh Siti Jenar, apapun sebutan yang diberikan kepada-Nya haruslah sebutan yang terpuji, yang baik, yang pantas. Bahkan dalam Alquran dinyatakan dengan tegas pada Q. 7:180 bahwa manusia diperintah untuk memohon kepada-Nya dengan nama-nama baik-Nya, atau al-asmâ-u l-husnâ. Dan, pada Q.17:110 dinyatakan bahwa Dia dapat diseru dengan nama Allah, Ar Rahman, atau dengan nama-nama baik-Nya yang lain.

Ajaran pokok yang kedelapan: raja agama sesungguhnya raja penipu. Sebagaimana telah diterangkan bahwa agama adalah jalan hidup. Oleh karena itu, agama harus diajarkan untuk menjadi jalan hidup, sehingga pemeluk agama bisa hidup tenang, bahagia dan bersemangat dalam menjalani hidup. Agama harus diajarkan untuk menjadi landasan moral dan perilaku, sehingga agama benar-benar sebagai nilai luhur dan menjadi rahmat bagi semesta alam.
Syekh tidak ingin membohongi masyarakat Jawa, oleh karena itu agama islam diajarkan dengan cara yang pas bagi bumi dan manusia Jawa. Untuk hal itu diperlukan penafsiran, dan tidak disebarkan dalam bentuk budaya asalnya. Agama tidak disebarkan dengan kekuasaan raja, sebab menurut Syekh raja yang memanfaatkan agama adalah raja penipu. Sering terjadi bahwa untuk memenuhi kepentingan penguasa, agama dijadikan alat menguasai rakyat. Agama yang seharusnya dikuasai oleh rakyat, yang terjadi justru sebaliknya yaitu rakyat yang dikuasai oleh agama.

Ajaran pokok yang kesembilan: segala sesuatu di alam semesta adalah Wajah-Nya. Inilah ajaran puncak dari Syekh Siti Jenar. Dunia adalah manifestasi wujud yang satu, dan hakikat keberadaan bukanlah dualitas. Sehingga, kemana pun kita hadapkan diri kita, maka sesungguhnya kita senantiasa menghadap Wajah-Nya. Semua adalah penampakan Wajah-Nya.
Ada dualitas artinya kita mengakui ada dua keberadaan, yaitu ada yang inferior (keberadaan yang kualitasnya lebih rendah) dan ada yang superior (keberadaan yang kualitasnya lebih tinggi). Jika demikian, kedua jenis keberadaan itu tumbuh melalui proses. Semua yang tumbuh melaui suatu proses, bukanlah keberadaan yang kekal. Dan, bilamana tiada keberadaan yang kekal, maka tak mungkin ada fenomena atau penampakan di alam semesta.
Dari sinilah Syekh membangun hubungan warga dengan wadah yang disebut masyarakat, yang tidak dijumpai di Timur Tengah pada waktu itu.
Memang masyarakat merupakan kosa kata yang dibentuk dari unsur-unsur kata Arab, yaitu dari syarika yang artinya menjadi sekutu; dan masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang bersekutu. Jadi, setiap anggota masyarakat itu seperti sel-sel tubuh yang independen, namun selalu berinteraksi sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Setiap anggota masyarakat mengetahui tugasnya. Terciptalah jalinan kasih. Inilah surga yang sesungguhnya yang harus diwujudkan di dunia ini. Dengan demikian, konsep MKG sebenarnya untuk menciptakan kehidupan bersama dalam mencapai kejayaan!

Dari dari beberapa sumber.

Sembilan Ajaran Pokok Syekh Siti Jenar

Ajaran pokok yang pertama dari Syekh Siti Jenar adalah tidak mengabsolutkan pendapat. Pendapat boleh diperdebatkan, akan tetapi pendapat tidak untuk melindas pendapat orang lain. Munculnya berbagai mazhab dalam berbagai agama di dunia membuktikan bahwa ajaran agama pasca pendirinya sebenarnya merupakan pendapat yang dikembangkan dari ajaran asal agama itu. Jadi, kebenaran pendapat adalah kebenaran yang dibangun atas akseptabilitas masyarakat atau komunitas tempat pendapat itu berkembang.

Ajaran pokok yang kedua adalah menjadi manusia hakiki, yaitu manusia yang merupakan perwujudan dari hak, kemandirian, dan kodrat.
Hak. Kebanyakan kita berpendapat bahwa kita harus mendahulukan kewajiban daripada hak. Perhatikanlah para pejabat kita selalu menuntut rakyat untuk menjalankan kewajibannya dulu sebelum mendapatkan haknya. Warga dituntut membayar pajak, mematuhi undang-undang dan peraturan yang ditentukan oleh para elite politik, dan melaksanakan berbagai macam kepatuhan. Menurut Syekh Siti Jenar, harus ada hak hidup lebih dulu. Inilah kebenaran! Tak ada kewajiban apa pun yang bisa diberikan kepada seorang bayi yang baru dilahirkan. Oleh karena itu, begitu seorang bayi manusia dilahirkan semua hak-haknya sebagai manusia harus dipenuhi terlebih dahulu.
Tidak peduli ia dilahirkan di keluarga kaya atau miskin, hak memperoleh pengasuhan, perawatan, penjagaan, perlindungan, dan mendapatkan pendidikan harus dipenuhi. Hak-hak tersebut dipenuhi agar ia menjadi manusia yang dapat menjalankan kewajibannya sebagai anggota keluarga, masyarakat, dan negara. Dengan cara itu akhirnya ia menjadi manusia hakiki, manusia sebenarnya yang dapat berkiprah dalam kehidupan nyata, baik sebagai pribadi maupun warga sebuah negara. Salah satu unsur untuk menjadi manusia yang hidup merdeka terpenuhi.

Ajaran pokok Syekh yang ketiga adalah hubungan antara satu orang dengan orang lain merupakan hubungan kodrat dan iradat. Hubungan satu orang dengan orang lain bagaikan hubungan kerja dalam satu tim, sehinga tidak terjadi hubungan posisi yang memerintah dan yang diperintah. Tak ada hubungan kekuasaan. Antara manusia yang satu dengan yang lain terikat oleh kodrat dan iradatnya, sehingga seperti hubungan sel yang yang satu dengan sel lainnya dalam satu tubuh, dan hubungan organ yang satu dengan organ lainnya dalam satu tubuh.

Ajaran pokok yang keempat : segala sesuatu di alam semesta ini adalah satu dan hidup. Dalam salah satu pupuhnya disebutkan bahwa bumi, angkasa, samudra, gunung dan seisinya, semua yang tumbuh di dunia, angin yang tersebar di mana-mana, matahari dan rembulan, semuanya merupakan keadaan hidup. Jadi, semua yang ada merupakan wujud kehidupan.
Bila kita menyadari bahwa lingkungan kita adalah keadaan yang hidup, maka tentu kita akan memperlakukan lingkungan kita dengan sebaik-baiknya karena kita dan lingkungan kita sebenarnya satu dan sama-sama sebagai keadaan yang hidup. Bila kita menyadari tentu kita akan berhati-hati dalam memperlakukan lingkungan kita.

BERSAMBUNG

Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang)

Syekh Siti Jenar atau dikenal dengan nama Syekh Lemah Abang. Dia seorang guru dan pelaku spiritual yang mengajarkan agama sebagai jalan hidup dan bukan sebagai kepercayaan. Meskipun Syekh seorang muslim, tetapi ajarannya menarik berbagai pemeluk agama dan kepercayaan yang ada waktu itu. Mereka yang belajar dan menjadi murid Syekh berasal dari berbagai kalangan, baik kalangan elite yaitu para adipati maupun rakyat biasa. Mereka berasal dari pemeluk Hindu, Buddha, Syiwa-Buddha, Islam, dan pemeluk kepercayaan yang berkembang di Jawa waktu itu.

Apa yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar sehingga daya tarik ajarannya luar biasa dan menyebabkan penguasa Kesultanan Demak Bintara kegerahan waktu itu? Yang diajarkan sebenarnya bukanlah hal yang asing bagi mereka yang hidup di Kepulauan Nusantara waktu itu. Yang diajarkan adalah paham MKG (Manunggaling Kawula Gusti), yaitu satunya hamba dengan Tuhan. Paham ini sudah ada di agama Hindu dan Buddha yang sebelum berdirinya Kesultanan Demak, dipeluk oleh mayoritas penduduk Nusantara. Paham ini diikuti oleh kalangan sufi dalam agama Islam. Bahkan, mereka yang dikenal sebagai anggota Walisanga juga berpaham MKG. Padahal, berdasarkan sejarah Walisanga yang bergelar sunan itu adalah pendukung dan penasehat Sultan Demak di zaman itu.

Meskipun Walisanga dan Syekh Siti Jenar sepaham, tetapi pada tataran implementasinya dalam kehidupan berbeda. Bagi Siti Jenar, MKG merupakan landasan, jalan dan alat untuk menjadikan manusia merdeka sejati. MKG menggerakkan manusia untuk menjadi dirinya sendiri, menjadikan manusia yang memiliki kepribadian. Inilah inti dari MKG yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar. Tentu pikiran semacam ini melompat terlalu jauh ke depan pada zamannya. Jangankan pada masa 500 tahun yang lalu, dewasa ini saja sebagian besar orang tidak hidup sebagai pribadi, tetapi hidup berdasarkan pikiran orang lain. Sedangkan MKG yang diajarkan oleh Walisanga lebih bersifat teoritis, dan tidak memberikan implikasi nyata dalam kehidupan masyarakat.

Ajaran MKG Siti Jenar mendobrak feodalisme yang tumbuh subur pada masa itu, sedangkan Walisanga justru melanggengkan sistem feodalisme. Syekh membangkitkan kesetaraan antara kawula (rakyat) dengan rajanya (Gusti). Walisanga melestarkan sistem rakyat menyembah raja. Syekh membebaskan orang dari belenggu ketakhayulan dan pikiran picik, sedangkan Walisanga malah menjadikan agama dan kepercayaan sebagai alat kekuasaan.

Puncak pertarungan paham berakhir ketika Sultan Patah memerintahkan Walisanga untuk menghentikan kegiatan mengajar Syekh dan pengikutnya dihancurkan. Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, kata peribahasa. Ajaran Syekh Siti Jenar dipadamkan meski demikian, ajaran SSJ tetap berjalan dan disampaikan secara sembunyi-sembunyi. Rakyat patuh kepada raja secara pasif, sedangkan kalangan elite berebut kekuasaan. Akibatnya, umur kerajaan tak ada yang panjang, Demak jatuh disusul dengan berdirinya Pajang, dan dalam satu generasi saja Pajang hilang dan muncul Mataram.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Pengertian ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
Pengertian ADHD adalah Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Dimana Attention = perhatian, Deficit = kurang, Hiperactivty = Hiperaktif Disorder = gangguan. Jadi Secara umum ADHD dapat disimpulkan sebagai ganguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, dimana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku dan tidak mendukung rentang perhatian mereka, jika hal ini terjadi pada seorang anak dapat menyebabkan berbagi kesulitan belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan sosial dan kesulitan-kesulitan lain yang kait-mengait.

Secara umum pula definisi ADHD adalah menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidak seimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.

ADHD ditandai dengan perilaku impulsive, hiperaktif dan tidak mampu untuk berkonsentrasi. ADHD (Attention Deficit Hipercaktivity Disorder) kian merajalela di masyarakat. Kondisi itu dua kali lebih sering pada anak laki-laki dan umumnya mulai terlihat sejak anak berusia dibawah tujuh tahun, dan prevelansinya pun cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil survey yang diterbitklan dalam American Jurnal of Psichiatry tahun 2007, yang menyatakan ADHD mendera 3-5% anak usia sekolah.

Form Pasang Iklan Gratis: KASUR PALEMBANG

Judul Iklan*:KASUR PALEMBANG
Kategori:Marketing
Web Site*:http://www.kasurlipat.blogspot.com
Label:kasur,palembang
Ambil Gambar:Foto0039.jpg
Uraian*:D/A : DS.PLOSOKEREP RT 01 RW 02 NO.08 KEC.SUMOBITO KAB.JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR 61483

MEMPRODUKSI : KASUR PALEMBANG,
KASUR LIPAT BUSA,KASUR LIPAT DACRON SERTA KASUR BUSA TEBAL

MELAYANI PESANAN : DI SELURUH INDONESIA DAN DUNIA
PESANAN MENGHUBUNGI : KHOIRUL ANAM
HP.081 334 227 895 / 085 859 853 811
FLEXI.0321-519 5748

KASUR PALEMBANG

BAHAN KAPUK RANDU :


- UKURAN 60 CM X 180 CM Rp. 43.000,-
- UKURAN 70 CM X 180 CM Rp. 47.000,-
- UKURAN 80 CM X 180 CM Rp. 52.000,-
- UKURAN 100 CM X 180 CM Rp. 62.000,-
- UKURAN 120 CM X 180 CM Rp. 72.000,-
- UKURAN 140 CM X 180 CM Rp. 82.000,-
- UKURAN 160 CM X 180 CM Rp. 92.000,-
- UKURAN 180 CM X 180 CM Rp.104.000,-



BAHAN KAPAS SINTESIS :


- UKURAN 80 CM X 180 CM Rp. 47.000,-
- UKURAN 100 CM X 180 CM Rp. 57.000,-
- UKURAN 120 CM X 180 CM Rp. 67.000,-
- UKURAN 140 CM X 180 CM Rp. 77.000,-
Nama*:KHOIRUL ANAM
Email*:meyda.santren@gmail.com
Telphone:081334227895
Visitor IP: 10.190.29.105

Powered by EmailMeForm



Resensi Bag. 3: Manajemen Konflik Organisasi (Buku Kar. DR. Wahyudi)

BAB 4
DAMPAK KONFLIK TERHADAP PERFORMANSI KERJA DAN PRODUKTIVITAS ORGANISASI

- Hubungan konflik dengan Performansi Kerja
- Pengaruh Manajemen Konflik terhadap Peroformansi Kerja dan Produktivitas Organisasi

BAB 5
MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN KONLFIK ORGANISASI

A. Model Integratif Manajemen Konflik Organisasi
1. Dasar Pemikiran

Peristiwa konflik sebagai suatu kejadian yang alamiah seiring dengan dinamika dan perkembangan organisasi. Keberadaan konflik tidak dapat dihindari dan selalu terjadi dalam setiap interaksi antara individu maupun antar kelompok. Organisasi yang dinamis membutuhkan konflik pada tingkat optimal guna meningkatkan pemahaman terhadap masalah-masalah yang muncul dalam setiap aktivitas pekerjaan.

2. Dampak yang Diharapkan
Dampak positif yang diharapkan adalah meningkatkan pemahaman terhadap berbagai masalah, memperjelas masalah, memperkaya gagasan, menumbuhkan saling pengertian yang lebih mendalam terhadap pendapat orang lain.
Dampak negatif yang diharapkan adalah kerjasama antar unit kerja menjadi rusa, koordinasi semakin sulit, muncul sikap otoritarian, agresivitas, individual, pertentangan yang berlarut-larut, timbul sikap apatsi, motivasi kerja rendah, hasil tidak maksimal dan sasaran tidak dapat dicapai sesuai jadwal waktu.

Kekurangan Dan Kelebihan
Dari tampilan cover/jilid didesain sangat bagus dan menarik, segi penulisan cukup bagus, sangat baik untuk dibaca oleh kalangan mahasiswa khususnya dari anak muda dan sampai orang tua. Sedangkan kekurangnya tulisan agak terlalu kecil sangat sulit untuk kalangan orang tua.

Baca Juga:

Resensi Bag. 2: Manajemen Konflik Organisasi (Buku Kar. DR. Wahyudi)

BAB 3
KONFLIK DALAM ORGANISASI PERFORMANSI KERJA DAN PRODUKTIVITAS ORGANISASI

A. Hakikat Konflik
Keberadaan konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan, dengan kata lain bahwa konflik selalu hadir dan tidak dapat diletakkan. Konflik sering muncul dan terjadi pada setiap organisasi dan terdapat perbedaan pandangan para pakar dalam mengartikan konflik.
• Menurut J.A.F. dan Freman R.E. (1994), konflik organisasi adalah mencakup ketidaksepakatan soal alokasi sumber daya yang langka/perselisihan soal tujuan, status, nilai, persepsi/kepribadian.
• Luthans F (1985:385), konflik adalah perbedaan kepentingan/minat, perilaku kerja, perbedaan sifat individu dan perbedaan tanggung jawab dalam aktivitas organisasi.
• Walton R.E. (1987:2), konflik organisasi adalah perbedaan ide/inisiatif antara bawahan dengan bawahan, manajer dengan manajer dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan.
• Dubrin A.J. (1984:346) konflik adalah pertentangna antar individu/kelompok yang dapat meningkatkan ketegangan sebagai akibat saling menghalangi dalam pencapaian tujuan.
• Hardjana (1994), konflik adalah pertentangan antara 2 orang kelompok dimana perbuatan yang satu berlawanan dengan yang lainnya sehingg keduannya saling terganggu.

B. Proses Terjadinya Konflik
Konflik tidak terjadi secara mendadak tanpa sebab dan proses, akan tetapi melalui tahapan-tahapan tertentu: Hendriks, W. (1992) mengidentifikasikan proses terjadinya konflik terdiri dari 3 tahap:
1. Peristiwa sehari-hari ditandai adanya individu merasa tidak puas dan jengkel terhadap lingkungan kerja.
2. Adanya tantangan, apabila terjadi maslaah individu saling mempertahankan pendapat dan menyalahkan pihak lain.
3. Timbulnya pertentangan, pada tahapn ini masing-masing kelompok bertujuan untuk menang dan mengalahkan kelompok lain.
• Proses Konflik dari Tos (1990:519)
- Antecedent conditions : Kondis-kondisi yang menyebabkan/mendahuluan suatu peristiwa konflik.
- Perceived conflict : kedua belah pihak merasakan adanya konflik
- Manifested conflict: perilaku yang nampak peristiwa konflik
- Conflict resolution: pimpinan bertanggung jawab terhadap pengelolaan konflik di dalam organisasi
• Proses konflik dari Kenneth Thomas (Owens, 1991)
- Fustation: prustasi (kekecewaan) dari suatu kelompok karena aksi pihak lain.
- Conceptualiation: adanya konflik dan memasuki tahap konseptualisasi
- Behavior: mempelajari tentang motif dari tingkah laku
- Outcome: proses terakhir dari tahapan konflik

C. Eksistensi Konflik
Feldman, D.C. dan Arnold H.J. (1983:525) perbedaan antara pandangan teradisional tentang konflik dan pandangan kontemporer. Sementara Aldag R.J. dan Stearns T.M. (1987:415) Pandangan tentang konflik yaitu pandangan tradisional dan pandangna pluralis.
Pandangan tradisional menganggap konflik sebagai peristiwa yang negatif dan berusaha untuk meniadakan konflik. Sedangkan pandangan kontemporer (baru) menganggap konflik tidak dapat dihindarkan, karena kinerja organisasi yang optimal memerlukan konflik yang sedang.
Aldag R.J. dan Stearns T.M. (1987:415) mengemukakan pandangan tradisional dan kontemporer tentang konflik organisasi.
Pandangan tradisional konflik tidak menguntungkan dan harus ditiadakan. Sedangkan pandangan kontemporer, konflik itu baik dan harus didorong agar tetap muncul.
Konflik menurut pandangan tradisional:
1. Adanya konflik sebagai pertanda kelemahan manajer.
2. Konflik pertanda rendahnya perhatian pada organisasi.
3. Pertentangan adalah negatif dan merusak.
4. Konflik jika dibiarkan akan reda dengan sendirinya.
5. Konflik harus dipecahkan.
Dampak negatif dari konflik pada tahap awal menyebabkan stres dan mempengaruhi psikologis dan prilaku orang yang mengalami. Pada tahap berikutnya konflik mempengaruhi prestasi organisasi secara keseluruhan. Sedangkan dampak positif konflik adalah:
1. Dapat menimbulkan perubahan secara konstruktif.
2. Segala daya dan motivasi tertuju pada pencapaian tujuan.
3. Merangsang inovasi, meningkatkan ke eratan kelompok.
4. Menggantikan tujuan yang tidak relevan.
5. Manajemen konflik menguntungkan organisasi.
6. Hubungan antara pribnadi dan antar kelompok mendorong ke arah peningkatan kesehatan organisasi.
7. Konflik dapat mengurangi ketegangan dalam bekerja.

D. Jenis-jenis Konflik
- Menurut Polak M. (1982)
1. Konflik antara kelompok
2. Konflik intern dalam kelompok
3. Konflik antar individu untuk mempertahankan hak dan kekayaan
4. Konflik intern individu untuk mencapai tujuan
- Menurut Soekanto S.
1. Konflik Pribadi
2. Konflik Rasial
3. Konflik antar kelas-kelas sosial
4. Konflik politik antar golongan-golongan dalam masyarakat
5. Konflik berskala internasional antar negara
- Menurut Handoko T.H.
1. Konflik dalam diri individu
2. Konflik antar individu dalam organisasi
3. Konflik antar individu dengan kelompok
4. konflik antar kelompok
5. konflik antar organisasi

E. Penyebab Konflik
Penyebab terjadinya konflik sangat bervariasi bergantung pada cara individu-individu menafsirkan, mempersepsi dan memberikan tanggapan terhadap lingkungan kerjanya. Pendapat Deutsoh yang dikutip oleh Champbell R.F. Corbally J.E. dan Nystrand R.O (1988:187) mengindentifikasikan sumber-sumber terjadinya konflik dikarenakan adanya pengawasan yang terlalu ketat terhadap karyawan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber organisasi yang terbatas perbedaan nilai, perbedaan keyakinan, dan persaingan antara kelompok/bagian.

F. Pendekatan Manajemen Konflik
Manajemen konflik adalah cara yang dilakukan oleh pimpinan pada saat menanggapi konflik (Hardjaka, 1994), tujuan manajemen konflik untuk mencapai kinerja yang optimal dengan cara memelihara konflik tetap fungsional dan meminimalkan akibat konflik yang merugikan.
Menurut Handoko (1992) terdapat 3 cara dalam menghadapi konflik:
1. Stimulasi konflik
2. Pengurangan/penekanan konflik
3. Penyelesaian konflik
Mencegah terjadinya konflik:
1. Tujuan organisasi lebih penting dari pada tujuan kelompok
2. Struktur tugas yang stabil dan dapat diramalkan
3. Meningkatkan dan mengembangkan komunikasi
4. Menghindari situasi menang-kalah yang dapat mengorbankan pihak lain
Stimulasi konflik dilakukan dengan cara:
1. Meningkatkan kompetensi dan peluang konflik
2. Menumbuhkan ketidakpastian antar kelompok
3. Memperbaharui sistem penggajian
Winardi (1994) berpendapat bahwa manajemen konflik meliputi kegiatan-kegiatan:
1. Menstiulasi konflik
2. Mengurangi/menekankan konflik
3. Menyelesaikan konflik
Pendekatan-pendekatan yang umum dilakukan terhadap manajemen konflik adalah:
1. Menetapkan peraturan-peraturan
2. Mengubah peraturan arus kerja
3. Mengubah sistem ganjaran
4. Membentuk unit khusus
5. Memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang mempunyai tujuan
6. Melatih pejabat-pejabat kunci untuk mendalami teknik-teknik manajemen konflik

G. Performasi Kerja
1. Hakikat Performansi Kerja
Performansi kerja adalah fungsi perkalian usaha (Effort) atau motivasi dengan kemampuan (ability) mencerminkan kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas sedangkan motivasi mencerminkan bagimana seseorang dengan penuh semangat menerapkan kemampuan itu. Performansi kerja identik dengan hasil kerja, sumber daya organisasi manusia memiliki potensi kerja yang bepengaruh pada organisasi. Karena itu, performansi kerja setiap individu dan kelompok akan menentukan peringakat ketentuan organsisai.
2. Penilaian Performansi
Penilaian adalah pengukuran dan perbandingan hasil-hasil yang dicapai dengan hasil-hasil periodik tentang hasil pekerjaan seorang pekerja diukur dengan kriteria pekerjaan yang telah ditentukan (Terry, 1986).
Pengertian penilaian performasi kerja di atas sebagai berikut:
1. Usaha pencapaian tujuan organisasi merupakan proses artinya tujuan organisasi terutama tujuan akhir tidak mungkin tercapai sekaligus dalam waktu yang relatif singkat.
2. Usaha pencapaian tujuan akhir merupakan suatu proses dan dijabarkan menjadi beberapa tahapan yang jangkauan waktunya lebih pendek dan lebih konkrit dan merupakan bagian dari tujuan jangka panjang.
3. Manfaat penilaian performansi kerja
Stoner dan Freman (1992) manfaat penilaian performansi kerja sebagai berikut:
1. Untuk menanggulangi perubahan
2. Meningkatkan produktivitas
3. Dapat menambah nilai
4. Memudahkan delegasi dan kerja bersama-sama sebagai tim

H. Produktivitas Organisasi
1. Hakikat Organisasi
Sutermeister R.A. (1976) mengartikan produktivitas sebagai ukuran kuantitas dan kualitas kerja dengan mempertimbangkan kemanfaatkan sumber daya (bahan, teknologi, informasi, dan kinerja manusia).
Wtik (1986) mengartikan produktivitas adalah perbandingan secara ilmu hitung antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang dipergunakan selama produksi berlangsung.
Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas. Hal ini berarti bahwa meskipun dilihat dari segi kuantitas tidak terjadi peningkatan, namun jika dilihat dari segi mutu menunjukkan peningkatan, maka terjadi juga peningkatan produktivitas. Produktivitas sebagai indikasi keberhasilan/kegagalan dalam menghasilkan suatu produk barang/jasa secara kuantitas dan kualitas dengan pemanfaatan sumber-sumber yang tepat.

2. Usaha-usaha Peningkatan Produktivitas
• Faktor yang mempertinggi produktivitas
1. Moral kerja yang lebih baik
2. Meningkatkannya pelayanan terhadap pelanggan
3. berkurangnya waktu yang terluang
4. Waktu kerja yang lebih sesuai dengan jam tubuh karyawan
• Saran-saran Meningkatkan Produktivitas
1. Memperhatikan dan menghargai pekerjaan karyawan
2. Mengarahkan tujuan serta nilai-nilai pribadi pekerja
3. Sikap kerja yang positif
4. Usaha terus menerus untuk memperbaiki komunikasi
5. Kaitkanlah kompensasi dengan hasil pekerjaan

Baca juga:
Resensi Bag. 1: Manajemen Konflik Organisasi (Kar. DR. Wahyudi)
Resensi bag 3: Manajemen Konflik Organisasi (Buku Kar. DR. Wahyudi)

Resensi Bag. 1: Manajemen Konflik Organisasi (Buku Kar. DR. Wahyudi)

KONFLIK DALAM KONTEKS PERILAKU ORGANISASI

A. Organisasi Sebagai Suatu Sistem
Konsep organisasi sebagai suatu sistem yang berkaitan dengan sistem yang lebih besar menjelaskan peranan balikan. Organisasi bergantung pada lingkungan tidak hanya untuk masukan tetapi juga untuk penerimaan keluaran dalam konteks teori ssitem, organisasi adalah satu elemen dari sejumlah elemen yang berinteraksi secara interdepensi, aliran masukan dan keluaran adalah dasar dari titik awal dalam menjelaskan organisasi. Organisasi memperoleh masukan dari sistem yang lebih besar yaitu lingkungan, kemudian mengubah masukan menjadi bentuk/perilaku yang berbeda dari sebelumnya.
Sebagai suatu sistem, organisasi cenderung lebih bersifat terbuka, karena komponen-komponen sistem organisasi berinteraksi dengan lingkungan. Sistem terbuka pada hakikatnya merupakan proses transformasi dari masukan yang menghasilkan keluaran, tranformasi merupakan proses pendayagunaan input yang berupa sumber daya fisik, informasi, kebutuhan pelanggan, teknologi dan manajemen. Sedangkan keluaran dari organisasi merupakan masukan bagi lingkungannya. Sebagai suatu sistem yang terbuka, maka setiap organisasi mempunyai beberapa karakteristik yaitu: masukan, proses tranformasi, keluaran, batas wilayah (boundary), umpan balik, keterbukaan dan adaptasi.
Setiap organisasi memanfaatkan berbagai macam energi dari lingkungan berupa SDM, teknologi, informasi, kebutuhan pelanggan dan modal dengan menggunakan berbagai macam proses tranformasi, maka organisasi merubah energi menjadi suatu hasil produksi, baik yang berupa produk dan jasa, hasil keuangan, informasi, kepuasan, hasil manusiawi. Keluaran yang dihasilkan oleh organisasi dapat digunakan oleh masyarakat yang memerlukan.
Organisasi pembelajaran adalah organisasi yang telah mengembangkan kemampuan untuk terus menerus menyesuaikan diri dan berubah.
Dikemukakan oleh robbins, S.P (2001) bahwa organisasi pembelajaran mempunyai karakteritik dasar yaitu sebagai berikut:
  1. Anggota organisasi mengesampingkan cara pikir lama
  2. Belajar untuk saling terbuka
  3. Memahami cara kerja organisasi
  4. Menyusun perencanaan, visi yang dapat disepakati dan dipahami semua anggota
  5. Bersinergi untuk melakukan aksi dalam rangka pencapaian visi organisasi.

B. Konflik Sebagai Bagian Perilaku Organisasi
Perkembangan aliran perilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru perilaku manusia dan sistem sosial sebagai berikut:
  1. Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses/kegagalan pencapaian tujuan organsiasi
  2. Organisasi harus menciptakan iklim yang kondusif yang memungkinkan karyawan dapat memenuhi kebutuhan.
  3. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan.
  4. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun yang memungkin dapat mencapai kepuasan diri dari pekerjaan yang dilakukan.
  5. Pelaksanaan evaluasi di dasarhakn pada merit sistem sehingga memenuhi rasa keadilan dan memuaskan semua pihak.
Owens R.G. (1991:13) membedakan istilah hubungan manusia dengan prilaku organisasi. Hubungan manusia sangat luas pengertiannya yaitu sebagai hubungan manusia secara formal dalam organisasi formal dan hubungan manusia secara informal dalam organisasi informal. Prilaku organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang berusaha menerangkan, mengerti dan meramalkan prilaku manusia di dalam lingkungan organisasi formal.

C. Konsepsi-konsepsi Tentang Konflik
Konflik pada awalnya dianggap sebagai suatu penyimpangan terhadap norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat maupun aturan organisasi, namun dengan meningkatnya pengetahuan maka pandangan terhadap konflik mengalami perubahan.
Aldag R. J. dan Stearns T.M. (1987:415); Robins S.P. (1990) membagi konflik ke dalam 3 fase yaitu: Pandangan trdisional, pandangan hubungan manusia dan pandangan interaksionis/pluraris. Pandangan tradisional terjadi pad dasawarsa 1930-1940. pandangan hubungan manusia terjadi pada dasawarsa 1940-1970. pandangan interaksionis berusaha menciptakan konflik apabila diketahui kelompok bersifat statis, apatis dan tidak tanggap terhadap perubahan dan inovasi.

Lanjut ke:
Resensi bag. 2: Manajemen Konflik Organisasi (Kar. DR. Wahyudi) 

Form Pasang Iklan Gratis: Sedot Wc Jakarta Selatan Telp: 02191588854

Judul Iklan*:Sedot Wc Jakarta Selatan Telp: 02191588854
Kategori:Pelayanan Jasa
Web Site*:http://www.cv-indahjasa.com
Label:sedot wc jakarta selatan, wc mampet, aluran mampet, wc penuh
Ambil Gambar:Mobil sedot wc- 081298084545-720009.jpg
Uraian*:Hp: 081298084545 AHLI PROSES SEMUA SALURAN MAMPET TANPA BONGKAR
BIKIN REMBESAN BARU / SEPTICK TANK

MELAYANI
Sedot WC Mampet

Kami mengerjakan :

* Sedot WC / TINJA
* Sedot AIR / LUMPUR
* Sedot limbah cair industri/ pabrik
* Limbah STP

Melayani perumahan sbb:

Adhyaksa Mansion
Alam Parung
Antasari Residence
Beranda Townhouse
Bukit Griya Cinere
Buncit Town House
Casamora
Casa Mampang
City Home Setiabudi
D'Bintaro Greenland Residence
Delta Residence
Executive Paradise Complex
Fenomerad Residence
Graha Cinere
Graha Hijau 2
Grand Matoa
Green Bintaro Residence
Greenwoods Townhouses
Gria Jakarta
Griya Cinere 2
Griya Pamulang Estate
Marcella Residence
Mawar Townhouse
Mutiara Brawijaya Residence
Nerada
Pesona Cinere
Siaga Residence
Taman Rasuna
The Villas at Kebagusan
Town House Nuansa Residence
Wismamas Jagakarsa
Nama*:Sufri yadi
Email*:jcv.indahjasa@yahoo.com
Telphone:02146646848
Visitor IP: 101.255.17.2

Powered by EmailMeForm



Naturalisme Pragmatis (Pragmatic Naturalism)

Naturalisme Pragmatis (Pragmatic Naturalism)

Sampai dengan pendekatan “progressive education” di awal abad 2000, filsafat pendidikan kurang lebih sekarat. Inovasi dari pendidikan progresif, membuat protest keras terhadap kebijaksaaan dari abad ke 19 bahwa pendidik mendesak filsafat yang progresif berbagi dengan tradisional dan esensialis sehingga terjadi rumusan secara sistematik dengan rasionalisasi yang ringkas. Progres dalam naturalistic adanya perubahan dalam karangan baru dalam realita untuk merubah sikap pikiran atau mencoba membangun inisiatif dan kepercayaan sendiri dalam penampilannya di masa depan. Misalnya tentang penemuan dalam bidang biologi dan reproduksi sosial menjadi sumber nilai untuk progress (perkembangan) sosial. Saat ini kependidikan bukan hanya jalannya pendidikan saja tapi cukup paradok, tenaga kerja berarti alat untuk menemukan jalan seperti penelitian. Tidak ada jalan kebenaran bagi pendidikan jika tidak menjadi benar. Hal pragmatis kebenaran dinamik, verifikasi bukan hanya bingkai tapi literatur pembuat kebenaran. Pendidikan adalah kreatif tidak berarti pendidik membuat atau berkreasi di luar realita artinya hanya berkolaborasi dalam fakta menuju kebenaran. Hal yang penting dalam pragmatis atau penelitian adalah Metodologi. Karena pendekatan pragmatis adalah nilai dan kebenaran dari pengalaman kongkrit banyak orang. Dimana kebebasan bukan untuk peserta didik tapi buat pendidik, administratif atau staf pengawas. Cara ini untuk memberikan nilai bagi perkembangan sosial. Artinya dalam orientasi sosial karakteristik progresif religius dan pendidikan moral pendidikan, diharapkan peserta didik mendapat kecerdasan lebih tentatif dan mencoba hal yang paling memungkinkan dilakukan masyarakat.


Rekontruksionisme (Reconstructionism)

Golongan rekonstruksionis adalah golongan yang membangkitkan langkah dan sikap reformasi karakteristik progresif. Mereka beranggapan bahwa sangat baik dilakukan di tengah masyarakat dengan merubah kejadian tetapi dengan tetap menjustifikasi stabilitas secara terbatas dengan komitmen yang sangat tinggi dari pelaku akademik maupun masyarakat. Bercita-cita untuk membuat wajah pendidikan dengan bentuk yang idealis dan mereka tidak realistis, yang dimungkinkan di negara yang sejahtera, tidak ada ekploitasi manusia dan dikontrol secara demokratis. Jadi perjuangan rekonstruksionis dengan taktik dan strategi untuk mewujudkan cita-cita mereka dengan konsensus dengan masyarakat yang ideal dalam system, kebiasaan, dengan prasangka mereka ikut serta bertindak antara guru, peserta didik dan masyarakat di dalammnya.

Clicksor

free-islamic-ebook

Info Obat Herbal